Jumat, 09 September 2016
Biodata Mermaid In Love
Biodata Amanda Manopo
Nama Lengkap : Amanda Gabriella Manopo Lugue
Tempat tanggal Lahir: Jakarta, 6 Desember 1999
Agama : Kristen Protestan
Orang tua: Henny Manopo Lugue (ibu) dan Ramon G. Lugue (ayah)
Saudara kandung: Felicia Angelica Manopo Lugue
Akun twitter: @amandamanopo
instagram.com/amandamanopo
Foto Angga Yunanda sebagai Eric
Eric ini adiknya Troy. Eric ini bertemu dengan Ariel di pantai ketika sedang mengadakan pesta ulang tahunnya. Pertemuan itu membuat Eric dekat dengan Ariel. Eric ini sangat perhatian sama Ariel.
Biodata Angga Yunanda
Nama lengkap: Angga Aldi Yunanda
Tempat tanggal Lahir: Lombok, 16 Mei 2000
Agama: Islam
Akun twitter: @anggaaldi_16
instagram.com/anggayunanda
Foto Syifa Hadju sebagai Maya
Maya ini cewek cantik tapi suka minder dan cupu tapi tidak terlalu cupu. Maya sering dibully Shasha dan gengnya. Maya ini suka dengan Troy.
Biodata Syifa Hadju
Nama: Syifa Savira Hadju
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 13 Juli 2000
Agama : Islam
Akun Twitter: @syifaasavr
instagram.com/syifahadjureal
Foto Arnold Leonard sebagai Bisma
Bisma ini temannya Eric. Sepertinya Bisma suka dengan Shasha.
Biodata Arnold Leonard
Nama lengkap: Arnold Pratama
Nama lain: Arnold Leonard
Tempat tanggal lahir: Lampung, 5 Agustus 1993
Agama: Islam
Nama orang tua : Risma Adelida
Saudara: Anisa dan Amira (adik)
Akun Twitter: @im_arnold
instagram.com/arnoldleonard05
Foto Esa Sigit sebagai Troy
Troy ini kakaknya Eric yang wajahnya ganteng. Sifatnya kalem dan selalu menjaga adiknya Eric.
Biodata Esa Sigit
Nama Lengkap: Esa Septian Pramuda
Tempat tanggal lahir: Palembang, 4 September 1994
Nama Orang tua: (alm.) Sigit Damiri dan Suhartini
Agama: Islam
Akun twitter: @esasigit
instagram.com/esasigit
Foto Elina Joerg sebagai Raina
Raina ini temannya Maya dan juga berteman dengan Ariel.
Biodata Elina Joerg
Nama: Elina Magdalena
Tanggal Lahir: 25 November 1999
Agama: Islam
instagram.com/elinaaajoerg
Foto Rebecca Klopper sebagai Shasha
Incess sasha atau Shasha ini walau cantik tapi lebay dan centil. Shasha ini senang dengan Eric. Walau belum jadian sama Eric dia merasa menjadi ceweknya Eric. Dia tidak suka dengan Ariel yang dekat dengan Eric.
Biodata Rebecca Klopper
Nama lengkap: Rebecca Putri Ayu Klopper
Nama panggilan: Becca
Tanggal lahir: 21 November 2001
Agama: Islam
Akun Twitter: @rbccaklppr
instagram.com/rklopperr/
Foto Adzwa Aurell sebagai Mimi
Mimi ini teman gengnya Shasha. Mimi ini centil tapi agak oon dan lemot.
Biodata Adzwa Aurell
Nama lahir: R.D Adzwa Aureline
Tempat tanggal lahir: Bandung, 22 September 2001
Agama: Islam
Akun twitter: @adzwaaurell_
instagram.com/adzwa_aurell
Foto Jovita Karen sebagai Cindy
Cindy ini cewek cantik yang satu geng dengan Shasha dan Mimi.
Biodata Jovita Karen
Nama: Jovita Karen
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 29 Agustus 2000
Agama: Islam
Nama Ibu: Sunarti
Akun twitter: @jovita_karen
instagram.com/jovitakaren
Foto Meny A. Nori sebagai Buled (mermaid)
Buled ini temannya Ariel sesama duyung/mermaid
Biodata Meny Agus Nori
Nama lahir: Mei Pandita Norizah
Nama lain: May Nurizah
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 17 Mei 1998
Agama: Islam
Akun Twitter: @MayNuriza
instagram.com/meinorizah
Foto Neni Anggraeni sebagai madame mermaid
Mademe mermaid pemilik cincin yang bisa mengubah mermaid jadi manusia selama beberapa jam. Cincin madame mermaid ini diambil Ariel supaya Ariel bisa jadi manusia.
Biodata Neni Anggraeni
Nama: Neni Anggraeni
Tempat tanggal lahir: Jakarta 7 Januari 1975
Agama: Kristen
Akun twitter: @nenianggraeni
instagram.com/nenianggraeni
Foto Meta Yunatria sebagai ibu Troy dan Eric
Ibu Troy dan Eric ini sering berantem sama suaminya dan ingin bercerai karena menduga suaminya selingkuh.
Biodata Meta Yunatria
Nama lengkap: Metha Yunatria Hikmah
Tempat tanggal lahir: Bandung, 24 Desember 1984
Agama: Islam
Nama pasangan: Mohammad Kautsar Hikmat
Akun Twitter: @methayuna
instagram.com/methayuna
Foto Hikmal Abrar sebagai ayah Troy dan Eric
Ayah Troy dan Eric ini tidak ingin bercerai dengan istrinya.
Biodata Hikmal Abrar
Nama lengkap: Hikmal Abrar Nasution
Tempat tanggal lahir: Medan, 8 Januari 1981
Agama: Islam
Istri: Nuri Shaden
Anak: Radef Rosulli Nasution
Akun Twitter: @hikmalabrar
instagram.com/hikmalnasution
Foto Deswita Maharani sebagai Maminya Maya
Maminya Maya ini kadang suka ngomong sunda kadang suka ngomong keinggris-inggrisan.
Biodata Deswita Maharani
Nama: Deswita Maharani
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 7 Desember 1980
Agama: Islam
Nama Orang tua: Zainul Afendy dan Kusyeti
Suami: Ferry Maryadi
Anak: Kabay Anaking Maryadi
Akun twitter: @Ade_Deswita
instagram.com/deswitamaharani80
Foto Mat Rozi sebagai Pak Tarmin / supir Maya
Pak Tarmin ini supir Maya yang penakut.
Biodata: Mat Rozi
Nama asli: Matrozih
Tanggal lahir: Jakarta, ??Juni 1982
Agama: Islam
Akun twitter: @RoziMt
instagram.com/matrozi_0813.8020.609
Foto Erma Zarina pemeran Bik Mamik / pembantu Eric
Bi Mamik ini sudah jadi pembantu di keluarga Troy dan Eric sejak Troy dan Eric masih kecil.
Biodata Erma Zarina
Nama asli: Erma Catherina
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 16 Mei 1977
Akun twitter: twitter.com/ermafilm
instagram.com/ermazarina
Update:
Foto Ferry Maryadi Pemeran Pak Charly/ ayah Shasha
Pak Charly ini merupakan ayahnya Shasha yang gayanya masih kayak anak muda.
Biodata Ferry Maryadi
Nama: Ferry Maryadi Patah
Tanggal lahir: 23 Maret 1974
Agama: Islam
Istri: Deswita Maharani
Anak: Harliafa Princi Maryadi (dari Pernikahan dengan Risma Nilawaty), Kabay Anaking Maryadi (dari Pernikahan dengan Deswita Maharani)
Akun twitter: @kangfmaryadi
instagram.com/kangferrymaryadi
Foto Bryan Andrew pemeran Justin
Justin ini cowok ganteng tapi sifatnya usil.
Biodata Bryan Andrew
Nama lengkap: Bryan Andrew Betrisey
Tanggal lahir: 20 Agustus 2001
Agama: Islam
Akun twitter: @BryanAndrew_OFC
instagram.com/bryanandrew.official/
Foto Indra Birowo pemeran Abahnya Maya
Ibunya Maya tidak membolehkan Abahnya Maya ini bertemu dengan Maya.
Biodata Indra Birowo
Nama: Indra Birowo
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 9 Januari 1973
Istri : Noella Adrianty
Anak : Arkananta Putra Birowo, Mahija Shafiq Birowo
Cerpen Singkat
Ibuku Cintaku
Pagi hari itu burung burung berkicau dengan suara indah, ayam berkokok, ibukku membangunkanku dari mimpiku, bintang yang masih TK ini mulet mulet seperti masih ingin tidur. Saat persiapan sekolah sudah siap. Ibuku mengambil termos esnya untuk jualan keliling. Lalu kita berangkat ke sekolahku
Sesampainya di sekolah ibuku menungguiku sampai pelajaran usai. Saat pulang sekolah aku diantar pulang oleh ibuku. Lalu aku ditinggal oleh ibuku untuk berjualan es lilin keliling
“Bu kemana?” tanyaku
“Ibu mau jualan dulu kamu di sini aja sama yangti”
Aku di rumah sama yangti. Aku tidak pernah tau ibuku jualan kemana tapi yang jelas ibuku hanya membawa satu termos es kecil berisi es lilin dan jumlahnya tidaklah banyak. Karena ibuku tidak cukup mempunyai modal untuk membeli bahan bahannya.
Hari itu ibuku tetap saja pulang malam. Esok harinya memasuki tarawih yang pertama aku diajak ibuku shalat di masjid dekat rumah saat di masjid banyak sekali anak anak dan orang yang melihatku seperti seolah olah mereka mengejek. Dan ibuku diejek oleh anak anak disana “Wasool” begitulah katanya. Dan aku pun ditanya sambil diejeknya pula.
Saat hari ulang tahunku mendekat. Ibuku pulang kerja semakin malam. Ibuku hanya bilang “Bintang kamu di rumah saja ya. Ibu cari uang buat ulang tahun kamu” ibuku mengatakan itu dengan nada menghibur, hati bintang sangatlah senang.
Bintang main kesana kemari sambil menceritakan kepada temanya “Aku loh sebentar lagi ulang tahun, dirayakan di sekolahku, kamu dateng ya” begitulah kata bintang.
Ternyata ibu bintang itu bekerja sampai jauh sekali dengan rumahnya. Saat hari ulang tahunya bintang tiba bintang senang sekali di sekolah tapi sedihnya karena tak punya cukup uang, ayam seperempat pun jadi. Emtah dipotong sekecil apa itu?. Saat bintang membuka nasi kotak. Itu ia berkata “ibu ayamnya kecil banget bu” lalu ibunya berkata “Nak hanya itu yang bisa ibu beri buat kamu. Ibu gak punya cukup uang nak. Gak papa kan yang penting kamu bahagia”
Saat sore harinya bintang dan ibunya terlihat bersepeda di tengah derasnya hujan. Mereka bermain hujan dengan gembira ria. Banyak orang yang mengejek mereka gila tapi bintang hanya berkata “ibuku cintaku aku bahagia bersamamu walau banyak yang mengejekmu aku tetap bahagia bersamamu”
Kado Terakhir Untuk Sahabat
Lima hari sebelum kawanku pindah jauh disana. Selepas makan siang, aku langsung kembali beranjak ketempat aku bermain dengan sahabatku.
“hei, kemana saja kamu? Daritadi aku nungguin” Tanya sahabatku yang bernama Alvi. “tadi aku makan siang dulu” jawabku sambil menahan perut yang penuh dengan makan siang “ah ya sudah, ayo kita lanjutkan saja mainnya” sahut Alvi. Tidak lama saat aku & Alvi sedang asyik bermain congklak, Rafid adiknya Alvi datang menghampiri kami berdua.
“kak, aku pengen bilang” kata Rafid “bilang apa?” sahut Alvi penasaran “kata bapak, sebentar lagi kita pindahan” jawab Rafid “hah? Pindah kemana?” tanyaku memotong pembicaraan mereka “ke Bengkulu” jawab Rafid dengan singkatnya “ya udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu” ajak Rafid ke Alvi “iya deh.. ehm.. Alma, aku pulang dulu ya aku mau makan siang” ujar Alvi “eh, iya deh aku juga mau pulang kalau gitu” sahutku tak mau kalah.
Sesampainya dirumah aku langsung masuk kedalam kamar & entah kenapa perkataan Rafid yang belum pasti tersebut, terlintas kembali ke pikiranku. “Andai perkataan tersebut benar, tak terbayang bagaimana perasaanku nanti” ujarku pada cermin yang menatapku datar “sudahlah daripada aku memikirkan yang belum pasti lebih baik aku mendengarkan musik saja” ujarku kembali sambil beranjak mengambil mp3. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah pembicaraan, yang aku tau suaranya sudah tak asing lagi bagiku yaitu orang tuaku & orang tua Alvi sahabatku. Aku mencoba mendekati pintu kamar untuk mendengarkan pembicaraan itu. Tak lama tanganku keringat dingin, aku sudah mendapatkan inti pembicaraan ternyata benar apa yang dikatakan Rafid pada Alvi tadi siang bahwa mereka akan pindah kurang lebih sebulan lagi.
Lemas sudah tubuhku setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu mengetuk kamarku & mengagetkanku yang sedang bingung itu. *Tok3X… “Alma, kamu mengunci pintu kamarmu ya” Tanya ibu sambil mencoba membuka pintu “enggak kok” jawabku dengan lemasnya “kamu kenapa.. ayoo buka kamarmu!!” teriak ibu “iya.. sebentar” sahutku sambil membuka pintu.
“ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu.
“gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan pintu” jawabku sambil menoleh keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku.
“ya sudah, tadi orang tuanya Alvi bilang kalau mereka ingin pindah bulan depan”
“iya, aku sudah tau” sahutku kembali ke kamar tidur.
“oh kamu tidak sedih kan?” Tanya ibu yang menghampiriku.
“…” tak kujawab pertanyaan ibu.
“hm.. sudahlah tak usah dibahas dulu.. sana tidur siang dulu biar nanti malam bisa mengerjakan PR” ujar ibu sembari mengelus elus rambutku.
“iya…” jawabku singkat.
Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara ayam berkokok dan jam beker menjadi satu. Tetapi, aku tetap saja masih ingin ditempat tidur. Sampai sampai ibuku memaksaku untyk tidak bermalas malasan.
“Alma, ayoo bangun.. perempuan gak baik bangun kesiangan” ujar ibu sambil melipat selimutku. “sebentar dulu lah.. aku masih ngantuk” sahutku sambil menarik selimut ditangan ibu. “itu Alvi ngajak kamu main.. ayoo bangun!!” ujar ibu kembali sambil mengeleng gelengkan kepala. “oh oke oke” sahutku semangat karena ingat bahwa Alvi akan pindah sebulan lagi. Lalu, aku langsung beranjak dan segera lari keluar kamar tidur untuk mandi & sarapan. Setelah itu Alvi tiba-tiba menghampiri rumahku
“Assalamualaikum, Alma!!” panggil Alvi dari depan rumah.
“walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar rumah.
“oh ibunya Alma, ada Alma nya gak?” Tanya Alvi.
“Alma nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini masuk” jawab ibuku.
“iya, terimakasih” sahut Alvi.
Ketika aku sedang asyik asyiknya sarapan, Alvi mengagetkanku.
“Alma, makan terus kau ini” ujar Alvi sambil tertawa. “yee, ngagetin saja kamu ini. Aku laper tau” sahutku sambil melanjutkan sarapan. “kok gak bagi-bagi aku sih” Tanya Alvi sambil menyengir kuda. “kamu mau, nih aku ambilin ya” jawabku sambil mengambil piring. “hahaha.. tidak, aku sudah makan, kau saja sana gendut” sahut Alvi sambil tertawa terbahak bahak. “ ya sudah” jawabku kembali sambil membuang muka. Tak berapa lama kemudian, sarapanku habis lalu Alvi mengajakku bermain games.
“sudah kan, ayoo main sekarang” ajak Alvi semangat.
“aduh, sebentar dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku lemas karena kebanyakan makan.
“ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan mau dietnya” ujar Alvi menyindirku.
“ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” ajakku masih malas.
“Vietcong yuk tempur tempuran” jawab Alvi semangat seperti pahlawan jaman dulu.
“hah, okedeh” sahutku sambil menyalakan laptop milik ayah.
Kemudian, aku dan Alvi bermain games kesukaan kami berdua. Kami bermain bergantian, besar besaran skor, dll tidak berapa lama ibunya Alvi memanggilnya untuk pulang. “Assalamualaikum, ada Alvinya gak?” Tanya ibunya Alvi sambil tersenyum denganku. “ada-ada.. Alvi! ibumu mencarimu” kataku kepada Alvi yang sedang asyik bermain. “iya.. sebentar lagi, emangnya kenapa?” Tanya Alvi. “aku tidak tau, sana kamu pulang dulu. Kasian ibumu” ujarku sambil mematikan permainan. “huh… iya iya” sahut Alvi beranjak pulang kerumahnya.
Tak berapa lama, Alvi mengagetkanku saat aku sedang asyik melanjutkan permainan yang sedang aku mainkan. “Alma!!” panggil Alvi sambil menepuk pundakku. “Apa??” jawabku kaget. “aku pengen bilang sesuatu nih, hentikan dulu mainannya” ujar Alvi. “iya!!” jawabku agak kesal. “jadi gini.. dengarkan ya… ternyata aku akan pindah 3 hari lagi” cerita Alvi. “hah? Kok dipercepat??” sahutku memotong pembicaraan Alvi. “aku juga tidak tau, kau sudah memotong pembicaraanku saja. Sudah ya aku harus pulang ini.. bye!” ujar Alvi beranjak keluar rumah. “tunggu!! Kau serius??” tanyaku dengan penuh ketidak percayaan. “serius.. dua rius malahan” jawab Alvi sambil memakai sandal. “oh ok.. bye!!” sahutku kembali. Setelah Alvi pulang kerumahnya, aku langsung lari masuk kedalam kamar & mengunci diri. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sedangkan sahabatku sendiri ingin pindahan. Terlintas dipikiranku untuk memberikan Alvi sahabatku sebuah kado yang mungkin isinya bisa membuat Alvi mengingat persahabatan antara kita selamanya walaupun sampai akhir hayat nanti kita tak akan dipertemukan lagi. Ku ambil buku diary & kutuliskan cerita-cerita persahabatanku dengan Alvi. Tak lama kemudian , terpikirkan suatu hadiah yang akan kukasih dihari dia pindahan nanti lalu, aku ambil uang simpanan yang kusimpan didompetku & ku piker-pikir uangnya cukup untuk membelikan hadiah untuk Alvi.
Besoknya sehabis pulang sekolah, aku langsung berlari ke toko sepatu dekat rumahku. Ku lihat-lihat sepatu yang cukup menarik perhatianku, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku.
“hai nak, kamu mencari sepatu apa?” Tanya seorang bapak yang menurutku adalah pemilik took sepatu tersebut.
“i..iya pak, maaf ada sepatu futsal tidak?” tanyaku sambil celingak celinguk kesegala rak sepatu.
“oh, ada kok banyak.. untuk apa? Kok perempuan nyari sepatu futsal?” Tanya pemilik sepatu itu sambil tertawa melihatku yang masih polos.
“bukan untukku pak, tapi untuk sahabatku” jawabku dengan polosnya.
“teman yang baik ya, memangnya temanmu mau ulang tahun?” Tanya pemilik toko itu. Entah kapan pemilik toko itu berhenti bertanyaku.
“iya” jawabku berbohong karena tak mau ditanya-tanya lagi.
“ok, sebentar ya. Bapak ambilkan dulu sepatu yang bagus untuk sahabatmu” ujar pemilik toko sepatu itu sambil berjalan ke sebuah rak sepatu.
“sip, pak” sahutku.
Tak lama, si pemilik toko sepatu itu kembali sambil membawa sepasang sepatu futsal.
“ini nak!!” kata pemilik toko sepatu itu.
“wah bagus sekali, berapa pak harganya?” tanyaku sambil melihat lihat sepatu yang dibawa oleh si pemilik toko itu.
“bapak kasih murah nak untukmu.. ini aslinya Rp. 60.000 jadi kamu bayar Rp.20.000 saja nak” jawab si pemilik toko itu sambil tersenyum.
“terima kasih banyak pak, ini uangnya” sahutku.
“iya nak, sama-sama” ujar sipemilik toko tersebut.
Setelah itu, aku kembali kerumah & mulai membungkus kado untuk Alvi. Mungkin ini hadiahya tidak seberapa, kutuliskan juga surat untuk Alvi.
Malamnya aku masih memikirkan betapa sedihnya perasaanku nanti jika sahabatku pindah pasti tidak bisa bermain bersama lagi seketika air mataku menetes & tiba-tiba ibu mengetuk pintuku. “Alma, ayo kerjakan dulu PRmu nanti kemalaman” ujar Ibu dari depan pintu kamar tidurku. “i..iya” sahutku sambil mengelap tetesan air mata yang membasahi buku yang sedang aku baca. Saat itu pikiranku masih campur aduk entah harus senang, sedih atau apa. Aku tidak bias konsen mengerjakan PR malam itu.
Besoknya disekolah, aku sering bengong sendiri sampai-sampai guruku bertanya kenapa aku seperti itu. Ku jawab saja dengan jawaban yang sangat singkat karena aku sedang memkikirkan bahwa besok lah dimana aku akan berpisah dengan sahabatku sendiri. Sepulang sekolah, aku langsung berlari memasuki kamar lagi, mengurung diri hingga malam. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku & kuintip lewat jendela kamar. Tak lama kemudian juga Ibu memanggilku untuk keluar kamar sebentar.
“Alma, ayoo keluar sebentar. Ada Alvi nih” ajak ibu sambil membuka pintu kamarku.
“iya…” jawabku beranjak keluar kamar.
“nah kamu sudah disini, jadi begini besok kan Alvi mau pindah ayoo berpamitan dulu” ujar ibuku.
“Alma!!” peluk ibunya Alvi kepadaku. “maafin tante sama Alvi beserta keluarga ya jika punya salah sama kamu, ini tante ada sesuatu buat kamu” kata ibunya Alvi sambil memberiku sekotak coklat.
“i..i..iya” sahutku tak bisa menahan perasaan & sejenak kuingat bahwa aku juga punya hadiah untuk Alvi.
“Alvi, ini ada hadiah buat kamu. Terima ya” ujarku mulai menangis.
“iya. Alma jangan nangis dong” jawab Alvi.
“aku..” sahutku semakin sedih.
“sudah kamu tidak usah sedih nanti suatu saat kalian bisa ketemu kembali kok, ibu yakin” kata ibu sambil menghapus air mataku.
“ya udah, Alma jangan nangis ya… oh iya ini tante kasih no telp. Tante biar nanti kalau Alma kangen sama Alvi bisa sms atau telepon ya” ujar ibunya Alvi sambil menghapus air matanya pula yang hendak menetes.
“iya..” jawabku sambil masih menangis.
Malam pun tiba, Alvi dan keluarganya pun berpamit & harus segera pulang. Aku pun kembali ke tempat tidur & mulai menangis. Ku gigit bantal yang ada didekatku tak tahan aku melihat hal tadi.
Esoknya, tepat dipagi hari. Suara mobil kijang mengagetkanku & bergegas aku keluar. Ku lihat Alvi & keluarganya sudah bersiap-siap untuk berangkat, tubuhku mulai lemas ibu pun mengagetkanku untuk segera bersiap siap sekolah. Sebenarnya aku ingin tidak sekolah dulu hari itu tapi bagaimana juga pendidikan yang utama. Aku bergegas kesekolah tapi sebelum itu, aku berpamitan dengan Alvi lagi.
“Alvi!!” panggilku dari jauh.
“Alma!!” jawabnya sambil mendekatiku.
“jaga dirimu baik baik disana ya kawan, semoga banyak teman-teman barumu disana & jangan lupakan aku” ujarku mulai meneteskan air mata.
“iya, kamu tenang. Kalau kamu sedih kepergianku ini tidak akan nyaman” sahutnya sambil memberiku tissue.
“iya… terima kasih” jawabku kembali sambil menghapus airmata dengan tissue yang diberikan oleh Alvi.
“oh iya Alma, thanks ya buat kadonya itu bagus banget… aku juga udah baca suratnya… terima kasih banyak ya… akan kujaga terus kado mu” ujar Alvi menatapku.
“iya.. sama-sama karena mungkin itu kado terakhirku untukmu kawan” sahutku sambil tersenyum tak menunjukkan kesedihan lagi.
“kau memang sahabat terbaikku selamanya” kata-kata terakhir Alvi yang ia ucapkan kepadaku. Disitulah aku berpisah & disitulah aku harus menempuh hidup baru, juga makna dari sebuah persahabatan tanpa menilai kekurangan seorang sahabat.
Cerpen Persahabatan
Aku dan kawan-kawan maju ke papan pengumuman itu. Hatiku tak perlu
degdegan karena dimanapun ku ditempatkan aku sudah siap. Aku bersyukur
di saat aku melihat nama ku di X2. Waw.. bangga ku rasa. Meski masih ada
x1 tapi aku bersyukur. Kuperiksa nama teman masa depanku dan aku
bahagia aku mengenal 1 orang di sana dia adalah temanku semasa MOS dulu
REY.
Hari pertama sekolah dimulai. Agak risih juga memakai baju ini, putih
abu-abu. Wajah yang tak kukenal kini berkumpul di kelas itu dengan
bahagia, sepertinya mereka merasakan apa yang kurasakan hari ini. Meraka
begitu hangat dan ramah lihat saja di sana gadis kecil yang baru datang
itu. Dia menyunggingkan senyumnya yang manis sambil menyapa “hai..
selamat pagi.” Dia begitu ramah kelihatannya dia baik.
Gadis itu melangkah ke salah satu tempat duduk di depan sana. Dia
sepertinya langsung mendapatkan teman duduk, dan setelah itu dia
meneruskan langkahnya ketempat dudukku. Apa dia mengenal ku? Atau..?
“hay rey..” sapa dia pada teman dudukku ini. Ow ternyata dia kenal
dengan rey.
“citra.. kamu di sini juga” kata rey dengan ramah. Kelihatannya mereka adalah teman dekat.
“ia dong brow.. hum asik yah kita bisa satu kelas. Jadi kalo pulang bisa pulang bareng dong..”
“iya lah. Asik wah sebuah kebetulan yang luar biasa..”
Citra memandangku. “hay.. senang bertemu denganmu. Boleh kenalan?”
“juga.. namaku arga.”
Tak kuduga dari sinilah mulai terukir persahabatan antara kami bertiga,
setiap pagi senyuman manis mereka menbuatku semangat. Canda tawanya
membuatku bahagia, ketika hati tengah gundah mereka selalu siap menjadi
tempat curhat ku, meski kadang perbedaan selalu terbentang jauh namun
tak pernah kami bertengkar selalu ada jalan keluar untuk masalah yang
mendatangi kami.
“penguman disampikan kepada siswa kelas X yang berminat menjadi anggota musik smansa agar segera mendaftarkan diri di panitia.”
Wah. Hal ini begitu membuatku girang, setelah sekian lama menunggu
kesempatan untuk bergabung dengan musik smansa yang selalu menjadi buah
bibir di masyarakat kini akan aku wujudkan. Aku berjanji di suatu saat
nanti aku akan menjadi anggota musik smansa, meski tantangannya berat.
Kali ini kami bertiga mengikuti audisi itu, karena tampa ku sadari
ternyata kami bertiga memiliki hobby yang sama dalam musik.
“waw.. harus semangat nih secara kita bertigakan ikut..” kataku menyemangati
“yoi tapi masih banyak sih saingan.” Kata citra
“ia nih aku kok gak PD yah..” kata rey merenda. Ya meski sebenarnya jika aku melihatnya dia memiliki bakat.
“aduh aku gak mau daftar deh kayaknya, aku takut.” Kata Rey pesimis.
Setelah melihat banyak anak-anak yang berminat, khususnya yang menjadi
anggota exkul paduan suara.
“aduh Rey, gak ada salahnya kali mencoba. Coba aja dulu siapa tau bisa,
kalo gak bisa lolos kan anggap aja ini sebagai pengalaman iya kan.” Kata
Citra yang selalu menberi dukungan.
“iya benar tuh Rey..” kataku menimpali.
Akhirnya nama kami bertiga ditulis di kertas pendaftaran itu, Rey suara
bass, aku di tenor dan citra sebagai alto. Partitur segera dibagikan dan
yang menbuat ku kaget besok langsung audisi menbaca not. Saat inilah
solidaritas kami teruji. Meski beda suara namun kami terus berlatih
bersama saling mendukung.
“do.. re.. mi…” suara melodi yang kami keluarkan, ternyata membaca not
itu menyenangkan juga Meski ada beberapa yang susah, dan kadang aku
salah dalam membaca tanda not tapi kita bertiga tak menyerah. Kita
berusaha sebisa mungkin.
“gais.. lelah juga yah latihan. Terapi dulu yuks.” Kataku yang
mulailelah berlatih seharian. Yang langsung ditimpali rasa penasaran
citra.
“ha! Apa kunteng? Terapi? Yang bener? Terapi apaan? Dimana?” aduh buset
dah.. kelewatan bangat nih orang nanya biasanya juga satu-satu.
“iya. Terapi ikan. Dekat leb komputer.” Aku menjelaskan sedetail
mungkin. Lucu juga sih biasanya kan yang makan ikan tuh manusia. Ini
ikan yang makan manusia. Hehehe.. lain coy
“wah asik nih. Langsung cebur dah gue.” Kata citra cewek yang suka aneh
itu. Dia langsung membuka sepatunya dan menaruh kakinya di kolam ikan
itu. “aw.! aw! geli.. geli..” kata citra seketika sambil
melompat-lompat. Aku dan rey tertawa geli meihat tingkah citra yang
lucu.
“makanya.. kalo bertindak tuh jangan asal. Sotoy sih lo.” Kata Rey merayu. Wajah citra seketika berubah cemberut lucu juga.
“udah ah dari pada bertengkar ke kelas lagi yuk. Latihan lagi kan kita mau audisi ntar.” Kata u.
Yeah.. sampai di kelas lain lagi yang dibuat. Rey malah utak-atik
kamera. “woi. Foto bareng yuk.” Akhirnya kita malah sibuk lagi bertiga
mengekspresikan gaya-gaya yang super alay. “creg.. creg..” fotonya unik
juga. Orangnya kayak do re mi lagi.
Sekarang jam 3.
OMJ waktu sepertinya begitu cepat. Kita melangkah ke ruang musik untuk
audisi. Di sana telah banyak anak-anak. Waw banyak juga yang berminat.
Di sana kami bertiga saling mendukung sambil hatiku tercengang.
“semangat..”
Akhirnya setelah melakukan audisi dengan waktu yang panjang. Audisi
selesai juga. Tinggal nunggu pengumuman. Dan besok kita dengar
pengumannya. Takut juga.
“wi.. pasti gua gak lolos nih” kata rey dan citra. Aduh kenapa ni berdua
jadi pesimis. Aku jadi terbawa lagi. Tapi besok baru diterima jawaban
yang pasti.
Kami bertiga melangkah ke papan di ruang musik, banyak sekali anak-anak
di sana. Kami mencari nama masing-masing. ‘Arga’ yes namaku ada. ‘rey
putra’ yeah rey juga masuk. Dari tadi citra cemberut dan sedih. “kenapa
lo?” “liat aja sendiri” katanya cuek. Di sana tidak ada nama citra.
Sedih sekali rasanya. Seketika air mata citra jatuh, dengan kecewa citra
berlari pulang. Aku sedih melihat sahabatku ini.
“citra tunguin kita dong” kami berlari mengejar citra dan akhirnya dapat
juga. “woi jangan sedih gitu dong. Ini kan baru tahap pertama lagian
kamu juga yang bilag kalo gak lolos anggap aja ini pengalaman.” “kalian
gak tau apa yang aku rasakan karena kalian lolos”
Mulai saat itu citra gak peduli lagi sama kita, dia pendiam dan tidak
seceria dulu, banyak perubahan padanya, dia kini tidak sesemangat dulu
dalam belajar musik, bahkan selalu menutup telinga ketika mendengar kata
musik, jujur kita sedih bangat.
“rey. Aku kasian deh sama citra.”
“aku juga. Dekati yuks.”
Kita mendekati citra. “citra lo kok gini sih.”
“begini apa?”
“lo tuh berubah”
“gak kok. Perasaan kalian aja”
“gak cit. cit kita ngerti kok gimana perasaan lo..”
“memangnya perasaan gue gimana?”
“lo pasti sedihkan lo gak lolos, tapi lo gak boleh nyerah. Lo juga
jangan jauhin kita dong kita kan kangan sama lo, kasian l yang selalu
murung gitu, apa lo gak kangan sama kita?”
Sesaat citra terdiam. Sambil meneteskan air mata. Aku dan rey menghapus air matanya.
“lo gak boleh nangis, karena air mata lo adalah luka untuk kita, dan
sebagai sahabat kita gak mau liat lo gini terus, kita sayang sama lo.”
“iya maafin gue yah, gue janji gak akan murung lagi”
“yeah.. gitu dong.”
Aku dan rey segera memeluk citra, bahagia rasnya melihat citra bahagia lagi
Contoh Teks Cerpen Cinta
Takdirlah Sutradaranya
Andai kau menyatukan sepasang kasih, tiada luka menyayat lara, tiada
puitis mengandung dusta tiada air mata terbuang percuma, tiada hidup
berakhir sia. Tidakkah kau dengar rengkuhan doa memanggil cinta?
Takdir, kutulis kisahku menyentuh ibamu, berharap kau satukanku dengan kasihku.
—
Disepertiga malam, masa seakan berhenti. Seakan semua terkesima mendengar munajatku yang memohon akan cinta.
Kasihku berawal dari perjumpaanku dengan Rahman, kala ia menjadi guru ngajiku.
Rahman istimewa. Ia tuli dari konsonan kata tak bermakna, ia bisu dari
ucapan kotor dari bibirnya, ia lumpuh dari jalan mungkar. Ia hafidz. Ia
nyaris sempurna. Namun, penglihatan diambilNya, agar ia tak terlena oleh
kegelimangan dunia fana.
Aku mencintainya.
Suatu hari, Rahman meminagku. Aku bahagia, hingga aku lelah sendiri agar semesta tau tentang bahagiaku.
Namun kenyataan menumbuhkan ego, kala orangtuaku menolak Rahman, bahkan mencacinya.
“Dasar orang buta! Mau kau kasih makan apa anakku. Hidupmu saja di panti asuhan. Mau kau ajak ngemis nantinya he…”
Cinta. Aku kalap. Orang tuaku murka hingga menumbuhkan penyakit ginjal dalam diriku.
“Jika kita berjodoh, Insyaallah kita akan bertemu sebagai pasangan yang hahal La.”
Ingin hati memeluknya. Menangis, bercerita akan hidupku yang rapuh digerogoti asa yang terlanjur bahagia.
“Aku mencintaimu Mas.”
“Aku pun masih mencintaimu La. Tapi, simpanlah cinta itu untuk pasangan kita kelak.”
“Mas…” aku menunduk. Pandanganku kabur. Gelap.
—
Nyeri menusuk igaku. Tarikan nafas seakan mencekikku. Setelah operasi ginjal tiga hari lalu, aku siuman.
Sebuah mukena dan tape recorder ada di sebelah tempat tidurku.
“Laila terkasih…
Telah kuterima ketulusanmu dengan cintaku. Jaga ginjalku Lalila.
Perkenalan denganmu adalah bahagiaku, aku pergi dengan tenang, kutunggu
kau di surga, bersama kebahagiaan cinta kita. Insyaallah.”
Aku terseok mengejar waktu membawa Rahman pergi. Menghampiri hujan uang serasa menjahit kulitku.
Kejam!! Takdir… Kemana kau bawa Rahman? Aku ingin kebersamaan, bukan ginjal…
Sebuah truk melaju kencang. Aku mematung di tengah jalan. Biar kuakhiri
semua disini. Aku siap. Rodanya melaju semakin dekat. Aku memejamkan
mata dan… trus itu menembus tubuhku.
Tubuhku terlihat samar. Terasa ringan terangkat ke udara. “Kau tak perlu
melakukan itu Ukhti.” suara Rahman lembut, lalu menggandeng tanganku
menuju titik terang.
—
Siti menangis tersedu di atas makam putrinya, Laila. Operasi yang
dijalani anaknya gagal. Penyesalannya adalah anaknya meninggal dalam
keadaan kecewa akan cinta yang ditentangnya. Ia hanya bisa meratap penuh
penyesalan.
“Maafkan ibu nak. Semoga kau bahagia di surga bersama Rahman…” doanya.
Langganan:
Postingan (Atom)